Wahn : Cinta Dunia dan Takut Mati
Dikala
mentari pagi mulai menyapa, burung riang bernyanyi dan rerumputan hijau
berlenggak- lenggok menari. Suasana asri nan damai yang sering kita
dapati tatkala pagi hari. Sang surya menyinari bumi hingga cakrawala
tiba dan rembulan pun menyelimuti gelapnya malam. Dari bergantinya pagi
hari menjadi malam atau sebaliknya tentunya bukanlah hal yang remeh atau
bahkan dinilai sebatas kejadian alam. Memang benar , ketika kamu
duduk dibangku sekolah peristiwa tersebut adalah salah satu kejadian
alam namun kita harus bisa menilik lebih jauh siapakah yang mampu
melakukan hal itu ? Pastinya zat Yang Maha Besar dan Maha Agung yang
hanya mampu melakukannya. Dialah Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang hanya
berhak untuk diibadahi dan disembah dan tak ada sesembahan lain yang
patut untuk diibadahi.
Dunia beserta isinya begitu indah dan
mempesona. Siapapun akan tergiur dengan segala iming-iming di dalamnya.
Harta yang melimpah, jabatan tinggi, atau menjadi artis yang tenar
adalah cita-cita banyak kaum. Keinginan dan potensi seperti inilah sobat
yang salah satunya menyebabkan seseorang cinta dunia. Jika sudah
terlanjur cinta dunia, kemungkinan besar akan takut dengan kematian.
Ya, wahn adalah cinta dunia dan takut
mati. Semua orang takut menghadapi kematian karena hal itu sudah menjadi
fitrah manusia, terlebih kita yakin bekal amal masih kurang untuk
mnghadapinya. Namun yang bernilai buruk disini adalah ketika kamu cinta
dan tertipu oleh gemerlapnya dunia sehingga banyak memuaskan diri dengan
kelezatan dan kesenangan tersebut. Dan inilah awalnya bahaya dan
musibah untukmu wahai sobat !! Yang tepat adalah kamu jadikan rasa takut
menghadapi kematian dengan banyak beramal shaleh sebagai bekal yang
bermanfaat kelak tuk di akhirat.
Adapun dalam hadits telah disebutkan tentang penyakt wahn,
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى
عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ
قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ
يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ
وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ
وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ
الْمَوْتِ ».
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir
saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari
berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam
piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah,
apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian
pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh
air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian
dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang
bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut
mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).
janganlah engkau takut
mati yang belebihan. Bukankah kau diciptakan hakikatnya untuk beribadah
kepadaNya lalu berkumpulah seluruh manusia dan segala amalanmu dihisab
dihadapanNya ? Hapus kegelisahanmu untuk menghadapi kematian dan
perbanyaklah mengingat kematian. Dan tahukah kamu sobat siapa orang yang
paling cerdas? Yuk kita simak hadits brikut dan jadikan pegangan hidup ,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ
قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ
رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : «
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ :
"أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ
اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ".
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku
pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang
Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai
Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang
paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia
kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat
kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam
berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).
Komentar
Posting Komentar